Galeri Kitab Kuning - Tahlilan, merupakan salah satu tradisi masyarakat Muslim Indonesia. Diberbagai daerah kita Tahlilan, walaupun mungkin dengan nama yang berbeda-beda. Yang pada intinya, Tahlilan itu berupa rutinan dalam pembacaan doa kepada orang yang meninggal dunia. Tidak ada data sejarah, Berkenaan munculnya istilah Tahlilan, walaupun ada sebagian masyarakat baru-baru ini menyatakan tradisi tersebut muncul dari agama Hindu, namun sepertinya bisa anda temukan banyak sekali artikel yang membantahnya. Disisi lain, masih saja ada yang bersikukuh menolak tradisi Tahlilan, nah sebagai usaha berbagi informasi, Ini Alasan Kami Tahlilan.
Alasan Kami Tahlilan
Sebelum mengulas lebih panjang, ada baiknya kami perjelas siapa yang dimaksud dengan "kami", mereka tentu adalah masyarakat yang pro dengan Tahlilan, dan yang menganggapnya sah-sah saja untuk dilaksanakan. Selanjutnya, berikut ini akan kami paparkan beberapa alasan kenapa kami tahlilan :
1. Kandungan Tahlilan
Memahami Tahlilan, tidak boleh hanya dipahami dari satu sisi, kita harus mengetahui kandungan dalam tradisi yang satu ini. Setidaknya terdapat
- Pembacaan Doa Untuk Orang Meninggal
Dalam Islam, mendoakan orang yang telah meninggal dunia merupakan hal yang dianjurkan. seperti dalam sebuah hadits terkenal berikut :
seluruh amal manusia, akan terputus, kecuali dari tiga hal, pahala dari shadaqah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya"
Dari hadits ini, pada poin ketiga "anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya". dapat disimpulkan mendoakan orang yang sudah meninggal sangat dianjurkan. Selain itu banyak sekali dalil tentang anjuran mendoakan orang yang meninggal, contoh kongkrit lainnya, adalah shalat jenazah itu sendiri.Dimana dirakaat kedua dan ketiga kita diharuskan membaca doa. Itu artinya, doa akan sampai kepada jenazah, dan tidak ada ketentuan harus berupa doa dari anaknya sendiri.
- Pembacaan Kalimat Thayyibah dan Shalawat, semisal Takbir, Tasbih dan Tahmid, serta Tahlil
Dalam Tahlilan, terdapat pula berbagai bacaan berupa Kalimah Thayyibah ataupun shalawat. beberapa bacaan juga diambil dari ayat-ayat al-Quran. Maka bisa disimpulkan, bacaan dalam tradisi tahlilan, adalah bacaan dzikir, shalat dan membaca al-Quran.
- Dzikir dan Istighfar, Anjuran untuk memperbanyak dzikir bisa kita temukan diberbagai ayat dalam al-Quran, misalnya Surat al-Muzammil ayat 8, Surat al-Ahzab ayat 41-43, Surat Ali Imran ayat 41, Surat al-Insan ayat 25, Surat al-Anfal ayat 45 dan lain sebagainya. bahkan Allah secara tegas melarang manusia meniru orang-orang yang sering melupakanNya, hal tersebut ditegaskan dalam surat al-Hasyr: 19. Sementara anjuran untuk berdzikir dari hadits Rasulullah saw. juga bisa kita temukan dibanyak riwayat, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Rasulullah saw bersabda, Ada dua kalimat yang ringan pada lisan [ketika dibaca], namun memiliki timbangan yang berat [pahalanya kelak di akhirat], yang mana keduanya tersebut dicintai Allah swt. Yaitu lafadz Subahannallah Wa Bihamdihi dan lafadz Subhanallah al-'Adzim [Maha Suci Allah dan Deangan MemujiNya, Maha Suci Allah yang Maha Agung], Hadits ke 1405. Dalam hadits lain, yang diriwayatkan oleh abu Hurairah juga, Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya jika aku mengucapkan [membaca], Subhanallah wa al-Hamdulillah wa laailaha Illa Allah wa Allahu Akbar [Maha Suci Allah dan segla Puji baginya, dan tiada Tuhan selain allah, dan Allah Maha Besar], maka itu lebih aku sukai daripada apa saja yang terkena sinar matahari. Hadits ini disebutkan dalam Shahih Muslim. Maka dapat disimpulkan, pembacaa Dzikir dan Istighfar ini telah mendapatkan legalitas dari Syariat Islam.
- Shalawat, Sedangkan membaca Shalawat sudah tentu dianjurkan. Dalam ayat yang sering kita dengar, Bahwa Allah swt. memerintahkan kapada kita semua untuk membaca Shalawat kepada Rasulullah saw [Surat al-Ahzab Ayat 56]. merupakan dalil utama yang bisa dijadikan pegangan. Sementara riwayat-riwayat hadits tentang keutamaan membaca shalawat juga sudah banyak kita jumpai. dalam hadits Misalnya, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa'i, Ahmad bin Hanbal, al-Hakim dan Ibnu Hibban. Rasulullah saw. bersabda "Barang siapa yang bershalawat [membaca shalawat] kepadaku satu kali, maka Allah swt. bershalawat padanya sepuluh kali, dan meleburkan dosanya sepuluh kali, serta mengangkatnya sepuluh derajad". Maka Pembacaan shalawat yang ada dalam proses pembacaan Tahlil, juga justru sangat dianjurkan.
- Membaca al-Quran. Dalam tradisi Tahlilan juga ada pelaksanaan pembacaan ayat-ayat al-Quran, semisal surat al-Fatihah, al-Ikhlash, al-Falaq, dan al-Nas, selain itu juga beberapa ayat yang dibaca, semisal Ayat kursi dan lain sebagainya. Jika kita bertanya, apakah membaca surat dan ayat tersebut tidak dianjurkan oleh syariat? tentu jawabannya, secara umum dan khusus, membasa al-Quran, sangat dianjurkan.
- Mendengarkan Nasehat
Banyak sekali dalil tentang dianjurkannya mendengarkan nasehat. Dalm sebuah Hadits, Rasulullah saw bersabda, "Agama Adalah Nasehat", merupakan salah satu dalil yang jelas, sebagai justifikasi bagi bagi dianjurkannya mendengarkan Nasehat. Bahkan al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya Nashaih Diniyah, salah satu tanda hati keras, adalah yang tidak mau menerima nasehat.
- Hidangan yang disuguhkan
Dalam prosesi pelaksanaan Tahlilan juga seringkali kita temukan jamuan, baik sebelum atau sesudah prosesi Tahlilan. sampai-sampai kadang ada bingkisan yang dibagikan atau dikenal dengan "Berkat". Perlu diketahui, jamuan makanan tesebut merupakan sedekah / shodaqoh dari tuan rumah atau yang memiliki hajat, bagi masyarakat yang mengikuti Tahlilan. Sementara sedekah / shodaqoh sangat dianjurkan dalam Islam. Selain ayat al-Quran menjelaskan tentang keutamaan bersedekah, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal, Rasulullah saw. suatu ketika ditanya oleh Amr bin 'Abasah, tentang Islam. Rasulullah saw. menjawab, Islam itu adalah perkataan yang baik, dan memberi makan [kepada orang lain].
Selain itu, Pahala sedekah juga bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal. Hal tersebut pernah dianjurkan oleh Rasulullah saw. seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, hadits ke-605.
2. Pandangan Tahlilan sebagai Tradisi
Perlu ditegaskan, tradisi tidak sama dengan Ibadah Mahdhah [Ibadah Murni], Tradisi bisa bernilai Ibadah jika didalamnya terdapat niat yang baik, dan tentu tradisi tidak memiliki muatan yang melanggar syariat. Di indonesia banyak kita temukn berbagai macam tradisi, diantaranya ada 10 Tradisi Masyarakat Indonesia yang memiliki dalil. dan salah satunya adalah Tahlilan. Kita selaku umat Islam, seharunya dapat menyikapi sebuah tradisi dengan bijak. Rasulullah saw. tidak diutus untuk merubah seluruh tradisi. Namun justru menganjurkan untuk membuat tradisi yang baik, seperti yang ditegaskan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dan al-Nasa'i. Sementara Tahlilan, sebagai sebuah tradisi yang sudah berakar-pinak di Indonesia memiliki muatan yang sangat baik. Setidaknya ada 2 dua tinjauan.- Dari isi tradisi, tidak ada satupun yang melanggar syariat, mulai dari bacaan sampai pada hidangan yang disuguhkan.
- Dari segi sosial, Tahlilan acapkali menjadi media mempererat tali silaturrahmi antar sanak keluarga dan warga. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong, peduli dan empati kepada sesama, yang saat ini meulai terasa hilang dari jiwa masyarakat.
3. Tahlilan tidak terikat dan tidak paten
Bagi sebagian orang yang anti Tahlilan, menganggapnya sebagai ibadah yang tidak bisa berubah layaknya Shalat, wudhu haji dan puasa. Maka perlu ditegaskan bahwa Tahlilan tidak sama dengan Ibadah yang disebutkan tersebut. Karena Tahlilan merupakan tradisi yang baik, yang tidak terikat pada tiga hal:- Aturan Waktu Tahlilan, Artinya, Tahlilan sebenarnya tidak memiliki waktu khusus, tidak harus malam jumat, tidak harus ketika pas acara kematian. Akan tetapi, tahlilan dapat dilakukan kapan saja, dan tidak terikat dengan waktu
- Aturan Bacaan Tahlilan, Maksudnya, bacaan Tahlilan tidak harus seperti yang dibaca biasanya. Karena inti dari Tahlilan sendiri adalah membaca dzikir, istighfar, membaca doa, membaca shalawat dan lain sebagainya. Adapun bacaan yang biasanya dibaca, itu sudah menjadi kebiasaan, dan sudah dianggap baik dan nyaman bagi masyarakat.
- Aturan Orang yang membaca Tahlilah. Tidak ada aturan mengikat berapa orang yang harus membaca al-Quran, siapa yang harus membaca, apakah baligh atau masih anak kecil. Sehingga dalam pembacaan Tahlil kita temukan berbagai macam lapisan masyarakat membacanya.
Kesimpulan :
Dari uraian yang panjang diatas, maka bisa ditarik benang merah, Alasan Kami Tahlilan , dalam beberapa poin berikut :
Dengan demikian, jelaslah Alasan Kami Tahlilan, dan selanjutnya, kira-kira pantas jika kami bertanya balik kepada yang anti tahlilan, Apa Alasan Anda Tidak Tahlilan?
Dari uraian yang panjang diatas, maka bisa ditarik benang merah, Alasan Kami Tahlilan , dalam beberapa poin berikut :
- Ada anjuran untuk membuat tradisi yang baik.
- Muatan Tahlilan, berisi pembacaan dzikir, shalawat, membaca doa dan lain sebagainya, semuanya mendapat legalitas syariat dan tentu sangat dianjurkan.
- Tahlilan, memiliki muatan sosial yang tinggi
Dengan demikian, jelaslah Alasan Kami Tahlilan, dan selanjutnya, kira-kira pantas jika kami bertanya balik kepada yang anti tahlilan, Apa Alasan Anda Tidak Tahlilan?
0 Response to "Ini Alasan Kami Tahlilan"
Post a Comment